Thursday, February 15, 2018

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

A. Rasional dari Tinjauan Konstitusional
            Bimbingan konseling di dunia pendidikan berperan penting agar peserta didik mempunyai motivasi untuk belajar secara efektif. Namun terkadang mereka mempunyai kesulitan untuk mengikuti pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini semua pihak yang terkait mempunyai kewajiban untuk membantu peserta didik yang mempunyai kesulitan tersebut.  ketika semua sudah tidak bisa menangani, ada baiknya peserta didik tersebut mendapatkan bimbingan dan perhatian lebih.
Indonesia mempunyai Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang mengatur jalannya pendidikan diIndonesia agar bisa bersaing diera global ini namun tidak meninggalkan budaya timur.

Selain itu ada juga Peraturan menteri no. 22, 23, 24 tahun 2006 mengatur tentang satuan pendidikan pendidikan dasar dan menengah dan juga tentang standar kompetensi lulusan. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:
1.    Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
2.    Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
3.   Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

B.       filsafat

filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat. (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
5. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

C. Sosial-Budaya
sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
 Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu:
1. perbedaan bahasa
2. komunikasi non-verbal
3. stereotype
4. kecenderungan menilai
5. kecemasan.

Download Film Pertempuran Surabaya (Battle of Surabaya)

Film battle of surabaya merupakan film animasi karya anak bangsa yang menceritakan latar belakang pertempuran surabaya atau yang sering kita sebut dengan pertempuran 10 november. film ini merupakan film fiktif yang mengambil latar belakang cerita dari peristiwa pertempuran surabaya saja. film pertempuran surabaya ini. menceritakan tentang danu seorang tukang semir yang merangkap sebagai agen rahasia atau seorang pengirim pesan dia dibesarkan oleh orang jepang yang bersimpati dengan indonesia. selain itu pada film pertempuran surabaya ini juga terdapat tokoh bernama yumna yang merupakan seorang anggota organisasi kipas hitam bentukan pemerintahan jepang.

ekspektasi
awal kemunculan trailer film pertempuran surabaya ini saya menduga bahwa film pertempuran surabaya akan menjadi film yang dipenuhi dengan peperangan akan ada banyak adegan baku tempak antara tentara pejuang indoneisa dengan tentara dari sekutu. selain  tiu saya menduga akan ada peristiwa dimana jenderal a.w.s mallaby tewas dalam pertempuran. sleian itu akan ada banyak lagi tokoh - tokoh dari para pejuang indonesia.  tapi realitanya silahkan tonton dan download sendiri di link bawah ini

Subtitle Indonesia Film pertempuran Surabaya

meskipun begitu kita sebagai penikmat harus terus mensupport dan mengapresiasi tentang pembuatan film ini apalagi ini merupakan film animasi bertema sejarah yang kebanyakan kids jaman now tidak terlalu peduli akan sejarah diharapkan dengan melihat film ini mereka menjadi peduli dan lebih tertarik lagi tentang sejarah bangsanya. 

Wednesday, February 14, 2018

Berbagai Dunia Budaya

Subkultural
Memandang Subkultur
Subkultural dapat terbentuk di sekitar suatu kesenangan atau kegiatan apapun.Setiap subkultural mempunyai nilai dan normanya sendiri yang di miliki para anggota,yang memberikan mereka suatu identitsas bersama.Setiap subkultur pun mempunyai istilah –istilah khusus yang menunjukan sudut kehidupan kelompok ,yang digunakan para anggotanya untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.
Kontrakultur
Kontrakultur adalah  dimana nilai dan norma kelompok berbeda dengan kebudayaan dominan.Para sosiolog menggunakan istilah kontrakultural (counterculture)untukmerujuk kelompo-kelompok seperti itu.contoh:para pemuja setan (satanist).

Ketertinggalan Budaya dan Perubahan Budaya
 Sekitar tiga generasi lalu,sosiolog William Ogburn (1922-1938)seorang analis fungsional menciptakan istilah  ketertinggalan budaya (cultural lag)adalah bahwa tidak semua bagian dari kebudayaan berubah dengan kecepatan yang sama.Jika bagian tertentu dari suatu kebudayaan berubah,bagian yang lain mungkin tertinggal.
Ogburn menunjukkan bahwa kebudayaan material suatu kelompok biasanya berubah terlebih dahulu, dan kebudayaan nonmaterial tertinggal di belakang,sehingga sering terjadi kejar-mengejar.

Monday, February 12, 2018

Cerita Rakyat Sunda (jawa barat) Si Kabayan yang melegenda

Sebagai cerita rakyat Sunda Si Kabayan sejajar dengan Abu Nawas dan Koja Nasrudin. Orang sering menyejajarkan Si Kabayan dengan tokoh pintar-bodoh di suku-suku lain. Akan tetapi tokoh-tokoh cerita rakyat suku-suku lain itu tidak sekaya Si Kabayan. Cerita-cerita mereka kadang hanya diwakili satu cerita. Cerita Si Pandir di Melayu, misalnya, meliputi beberapa cerita saja. Begitu pula Si Luncai dan Pak Senik, hanya ada satu dua ceritanya. Sedangkan Si Kabayan, kalau dikumpulkan bisa mencapai seratus cerita lebih. Coster-Wijaman bisa mengumpulkan 80 cerita di daerah Banten saja.



Si Kabayan Sebagai Cerita Rakyat

JAWA Barat kaya akan tradisi kerakyatan, termasuk cerita rakyat. Meskipun tradisi istana pernah hidup di Jawa Barat, karena mengalami zaman dua kerajaan besar, yakni Galuh di daerah Ciamis dan Pajajaran di daerah Bogor, sedikit sekali ditemukan artefak-artefak budaya istana. Kerajaan-kerajaan Hinduistik di Jawa Barat lenyap bersama pendukungnya, yakni masyarakat istana. Kerajaan-kerajaan Islam yang kemudian muncul di Jawa Barat tidak melanjutkan tradisi istana-istana sebelumnya. Kerajaan-kerajaan Islam itu adalah Banten dan Cirebon.

Banten dan Cirebon cenderung kejawa-jawaan akibat hubungan mereka dengan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akan tetapi, apabila ditilik lebih dalam, masih akan tampak ciri-ciri kesundaan di kedua kerajaan Islam tersebut. Bagaimanapun kerajaan-kerajaan Islam tersebut masih berada di masyarakat Sunda sehingga tradisi lokal mendasari kebudayaan di kedua kerajaan tadi.

Tradisi kerakyatan masih terus hidup di bawah arus budaya-budaya istana yang silih berganti. Ini disebabkan sistem kerajaan-kerajaan di Jawa Barat berbeda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kerajaan-kerajaan Jawa berdasarkan masyarakat sawah, sedangkan kerajaan-kerajaan Sunda berdasarkan masyarakat huma. Kebudayaan istana di Jawa Barat hanya berkembang di lingkungan terbatas masyarakat nagara. Di Jawa Barat tidak dikenal adanya negaragung dan mancanegara seperti di Jawa.

Masyarakat istana adalah masyarakat Sunda di negara itu, yakni istana dan wilayah yang benar-benar dikuasainya secara langsung. Hal ini bisa disimak dalam Babad Pakuan abad ke-18 yang ditulis dalam bentuk wawacan berbahasa Jawa. Saya telah menulis perkara ini dalam Hermeneutika Sunda. Di luar wilayah, nagara merupakan kesatuan-kesatuan kampung Sunda yang berpindah-pindah akibat hidup dari ladang padi (huma).

Sudah barang tentu pengaruh istana sampai juga di wilayah-wilayah kampung Sunda. Seperti kita saksikan bahwa teks-teks tertulis Sunda lama masih disimpan oleh penduduk perkampungan di Jawa Barat.

Selain itu carita-carita pantun yang berisi mitos-mitos istana Sunda masih tersebar di kalangan rakyat perdesaan. Hanya artefak-artefak istana sudah sulit ditemukan di kalangan rakyat, misalnya batik istana Sunda, seni ukir istana Sunda, buku-buku Hindu-Buddha, tata adat istana Sunda, dan seni gamelan, karena masyarakat istana-istana Sunda itu memang tidak berlanjut sebagai lembaga sosial.

Pemandangan semacam itu masih terlihat pula ketika di Jawa Barat berdiri kerajaan-kerajaan Islam di Banten dan Cirebon. Kedua kerajaan itu juga terdiri dari wilayah negara atau negaragung saja. Wilayah mancanegara tidak dikenal. Apalagi bahasa di wilayah negara dan negaragung berbeda dengan bahasa masyarakat perdesaan Sunda.

Dengan demikian, semakin kuatlah kesan kita bahwa kebudayaan Sunda yang berkontinuitas itu hanya ada di kalangan masyarakat kampung. Berbeda dengan masyarakat Sunda di zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, yang hubungan antara istana dan rakyat amat tipis, maka di zaman penyebaran agama Islam di Jawa Barat, agen-agen perubahan ke arah Islam benar-benar keluar masuk kampung-kampung Sunda. Hal ini tercermin dalam mitos-mitos rakyat terhadap penyebar Islam seperti Kian Santang. 

Tidak mengherankan apabila di kalangan masyarakat pedesaan Sunda, kenangan terhadap zaman kebudayaan Hindunya amat tipis, bahkan tidak mengenal zaman seperti itu. Mereka percaya bahwa agama Islam itu sudah sejak awalnya ada di Sunda. Sunda itu Islam.

Inilah sebabnya cerita-cerita rakyat Sunda amat kuat kesan keislamannya. Meskipun dalam cerita-cerita rakyat dikenal nama-nama dewa dan batara yang kehindu-hinduan, namun tidak dalam pemahaman bahwa itu berdasarkan agama Hindu-Buddha, tetapi Sunda semata-mata, Kebudayaan Hindu-Buddha-Sunda itu hanya dikenal di kalangan intelektual moderennya. Di kalangan rakyat, zaman Hindu itu adalah Sunda.

Lenyapnya ingatan kolektif terhadap kebudayaan Hindu-Sunda, lebih mirip dengan yang terjadi di Sumatra. Di zaman kejawaan Hindu-Buddha di Sumatra dikenal kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Jambi, Melayu, dan Tulang Bawang. Akan tetapi, begitu kerajaan-kerajaan maritim itu lenyap, maka lenyap pulalah masyarakat pendukungnya dalam arti lembaga. Manusia-manusia Buddha-Sumatra tentu saja masih terus ada, tetapi kemudian bercampur lebur dalam masyarakat luar istana. Ini disebabkan kerajaan-kerajaan maritim yang besar itu tidak memerlukan ladang atau sawah untuk mendukung keberadaannya. Mereka hanya butuh pelabuhan dan tentara sewaan (pegawai tentara) yang mampu menjaga kedaulatan negara kota maritimnya. 

Sedangkan hubungan mereka dengan rakyat kampung hanya terbatas pada jual-beli atau pajak berupa hasil kebun rempah-rempah dan produk hutan yang lain.

Seperti di Sunda, Islam juga tertanam kuat di kalangan rakyat Sumatra. Kenangan mereka terhadap kejayaan Jambi dan Sriwijaya tidak ada, kecuali di lingkungan golongan terpelajarnya yang mengenal penggalian sejarah sarjana-sarjana kolonial. Dewa-dewa juga dikenal di kalangan rakyat Sumatra, namun tetap harus dibaca sebagai hal yang bersifat Melayu dan bukan Hindu-Buddha.

Keadaan yang berbeda terjadi di kalangan rakyat Jawa. Di lingkungan rakyat, dan lebih lebih istana, amat kuat kenangan kolektif mereka atas budaya Hindu-Buddha sebelumnya. Mereka menyebutnya sebagai agomo Buddho (agama Buddha). Hal ini disebabkan sistem kerajaan sawah mereka yang konsentris sejak awal. Hal ini pun dipermudah karena masyarakat sawah itu menetap. Kontinuitas budaya rakyat dan istana terus berlangsung, bahkan di kalangan rakyat cenderung berbudaya istana.

Tradisi budaya istana di Jawa Barat amat tipis di kalangan rakyat. Sebaliknya tradisi budaya rakyat perladangan amat kuat. Tradisi ini diwariskan secara lisan. Tradisi budaya lisan selalu auditif. Karena sifatnya auditif maka budaya ini hanya berkembang di kelompok komunitas terbatas. Dengan demikian sifat auditif mengembangkan relasi kekeluargaan (gemeinschaft), harmoni, partisipasi, menekankan kekonkretan dalam bentuknya yang sederhana. Komunikasi lisan semacam itu cenderung menyampaikan pesan-pesan komunal melalui bentuk cerita-cerita.

Cerita-cerita rakyat di Jawa Barat amat kaya, isinya tentang mitos, siluman, legenda, kehidupan rakyat sehari-hari, dan dongeng binatang. Usaha mengumpulkan jenis-jenis cerita rakyat tersebut masih sedikit dilakukan, apalagi peneelaahan serius atas cerita-cerita tersebut. Mitos dan legenda lokal tentu bersifat Sunda. Akan tetapi, cerita binatang sering berasal dari luar. Sedangkan cerita kehidupan rakyat sehari-hari banyak bersifat lokal, namun juga sering diadaptasi dari luar, seperti dalam cerita-cerita Si Kabayan.

Yang menarik adalah cerita-cerita binatang yang khas Sunda, yakni Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet. Cerita binatang ini sering mengambil cerita-cerita luar, namun digarap dalam alam pikir masyarakat Sunda. Yang terkenal adalah cerita kedua binatang tersebut, kura-kura dan kera yang mirip dengan cerita-cerita kancil di Jawa, dalam tema mencuri hasil kebun pak tani. Dalam usaha mereka mencuri tanaman, kura-kura berhasil ditangkap pak tani. 

Ketika kura-kura dikurung pak tani, monyet datang dan diberi tahu kura-kura bahwa dirinya dikurung agar tak lari untuk dikawinkan dengan putri pak tani yang cantik. Monyet bersedia bertukar tempat untuk menggantikan kura-kura di dalam kurungan. Pagi hari pak tani menjumpai kura-kura telah berganti monyet dan bermaksud untuk memotongnya. Mengetahui hal ini monyet pura-pura mati, dan pak tani membuang "mayat" monyet itu di sungai. Dengan begitu, monyet dan kura-kura pun bebas kembali.

Dalam cerita yang sama, monyet itu tidak bebas. Akan tetapi, berhasil dipotong pak tani dan disate. Dalam cerita Sunda justru kedua binatang itu selamat semua akibat kecerdikan keduanya. Kura-kura dan monyet dalam cerita rakyat Sunda merupakan pasangan antagonis. Keduanya selalu berselisih adu kecerdasan, namun selalu saling bertemu kembali. Kura-kura di pihak protagonis dan monyet pihak antagonis. Kura-kura simbol binatang air, monyet binatang gunung dan hutan. Apakah ini simbol budaya sawah Sunda melawan budaya ladang Sunda?

Cerita binatang Kuya Jeung Monyet (kura-kura dan monyet) disatukan dalam bentuk paradoks dalam tokoh Si Kabayan. Tokoh ini kesatuan watak kura-kura dan monyet, kecerdasan dan kebodohan. Cerdas bagai kuya dan bodoh bagai monyet. Si Kabayan bisa jadi simbol Sunda-air dan Sunda-gunung sekaligus serta menjadi jati diri Sunda secara budaya. Si Kabayan adalah tokoh bodoh-pintar. Terkadang begitu bodohnya dan di lain saat begitu cerdasnya.

Nanti kalau kita perhatikan, Kabayan sebagai tokoh bodoh selalu berhubungan dengan nilai-nilai rohaniah, sedangkan sebagai tokoh pintar selalu berhubungan dengan manusia lain. Kebodohan Kabayan adalah juga kebodohan kita secara rohani. Di hadapan nilai-nilai rohaniah-ketuhanan dan illahiah, Kabayan digambarkan begitu bodohnya sehingga tidak mampu membedakan antara bayangan dan kenyataan.

Cerita-cerita Si Kabayan bodoh tidak begitu banyak. Kebodohan Kabayan dalam cerita-cerita semacam itu sering keterlaluan. Misalnya Kabayan tak bisa membedakan antara mayat dan manusia hidup, antara bayangan langit dan permukaan tanah di sawah. 

Kebodohan Kabayan yang demikian itu ternyata simbolik rohani. Kita ini bodoh spiritual. Dalam hal ini, Si Kabayan bukan hanya jati diri Sunda, tetapi jati diri manusia itu sendiri.

Kesundaan Si Kabayan ada pada latar lokalitasnya. Bahwa dalam masyarakat Sunda cara hidup sehari-harinya semacam itu, seperti pergi ke sawah, ke huma, ke hutan, pasang perangkap hewan, kenduri, haji, salat, pohon tertentu, mandi di kali, dan lain-lain. Akan tetapi dalam alam pikiran dan sikap spiritual benar-benar untuk semua manusia, hanya kadang terselip kosmologi Sunda lama. Sebagai cerita rakyat, Si Kabayan memang menggambarkan manusia di tanah Sunda. Tema dan pesan tetap universal.

Sebagai cerita rakyat Sunda Si Kabayan sejajar dengan Abu Nawas dan Koja Nasrudin. Orang sering menyejajarkan Si Kabayan dengan tokoh pintar-bodoh di suku-suku lain. Akan tetapi tokoh-tokoh cerita rakyat suku-suku lain itu tidak sekaya Si Kabayan. Cerita-cerita mereka kadang hanya diwakili satu cerita. 

Cerita Si Pandir di Melayu, misalnya, meliputi beberapa cerita saja. Begitu pula Si Luncai dan Pak Senik, hanya ada satu dua ceritanya. Sedangkan Si Kabayan, kalau dikumpulkan bisa mencapai seratus cerita lebih. Coster-Wijaman bisa mengumpulkan 80 cerita di daerah Banten saja.

Sebagai cerita rakyat milik masyarakat Sunda, Si Kabayan memang istimewa, setara dengan pantun-pantun Sunda. Cerita-cerita itu amat dalam kalau ditafsirkan secara budaya. Cerita-cerita itu sama sekali bukan dongeng-dongeng seperti diperkirakan orang, namun tidak semua berkualitas demikian, sebab banyak para peniru Si Kabayan yang hanya melihat permukaan ceritanya. 

Cerita-cerita yang demikian itu tidak serta merta membangkitkan adanya struktur-struktur berpikir simbolik. Sehingga banyak juga cerita-cerita Si Kabayan baru yang hanya tertarik pada segi humornya, namun tidak dilandasi oleh cara berpikir budayanya.

Mengapa istimewa?

Si Kabayan itu tokoh paradoks yang membangun cerita-cerita paradoks pula. Tokoh demikian itu jelas muncul dari pemikiran mendalam seorang (atau beberapa orang) intelektual. Bobot sastrawinya amat tinggi. Meskipun diceritakan secara lisan sehingga banyak ditambah dan dikurangi sesuai dengan perubahan masyarakatnya, inti pesannya masih amat jelas. Bahkan kita dapat merekonstruksi bentuk aslinya.

Permata itu tetap permata, meskipun berada di mulut kerbau. Dengan mudah kita dapat memilih mana Si Kabayan yang autentik dan mana Si Kabayan artifisial. Untuk menulis cerita Si Kabayan yang baru diperlukan dasar pengetahuan filsafat, bukan sekadar menulis cerita.

Cerita Si Kabayan itu memiliki dasar pandangan mistisisme dan laku mistis itu memang penuh paradoks. ***

JAKOB SUMARDJO
Budayawan Sunda.

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=6884
a

Sejarah Satanisme

Satanisme secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya sebagai Tuhan. Gerakan sesat ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Satanisme juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.

Kaum Satanis, yakni para pengikut ajaran satanisme, sudah ada dan melaksanakan kegiatan mereka di setiap tahap sejarah dan dalam setiap peradaban, dari Mesir kuno sampai Yunani kuno, serta sejak Abad Pertengahan sampai hari ini.

Di antara abad ke-14 dan ke-16, para tukang sihir dan orang yang menolak agama sama-sama memuja setan. Setelah tahun 1880-an, di Prancis, Inggris, Jerman, dan sekaligus di berbagai negara lain di Eropa dan Amerika, Satanisme diatur dalam perkumpulan dan tersebar di kalangan orang yang mencari keyakinan dan agama lain.

Penyembahan setan terus berlanjut sejak abad ke-19, mula-mula sebagai Satanisme tradisional, lalu dalam aliran sesat yang lebih kecil yang merupakan pecahannya.

Upacara kejam yang dilakukan oleh tukang sihir dan orang-orang tak bertuhan, pengorbanan anak dan orang dewasa kepada setan, perayaan Misa Hitam dan upacara Satanisme tradisional lainnya telah diwariskan diam-diam secara turun temurun.

Lambang Satanisme tradisional yang terpenting adalah dewa Romawi kuno Baphomet. Pada waktu itu, Baphomet menjadi lambang bagi orang yang memuja setan.

Para ahli sejarah yang menelusuri asal-usul sosok berkepala kambing ini telah menemukan beberapa petunjuk penting tentang kegiatan Satanis.

Lambang Satanis terpenting kedua adalah pentagram, yaitu bintang bersegi lima di dalam lingkaran. Yang menarik, ada dua perkumpulan rahasia lainnya di samping para Satanis yang menggunakan Baphomet dan pentagram sebagai lambang.

Yang pertama adalah perkumpulan Kesatria Biara Yerusalem (Knight Templars), yaitu perkumpulan yang dituduh oleh Gereja Katolik sebagai penyembah setan, dan dibubarkan pada tahun 1311.

Perkumpulan lainnya adalah perkumpulan Mason yang telah bertahun-tahun lamanya menimbulkan rasa penasaran karena kerahasiaan dan upacaranya yang aneh.

Banyak ahli sejarah, yang telah menyelidiki masalah itu, percaya bahwa terdapat hubungan antara Kesatria Biara Yerusalem dengan perkumpulan Mason.

Menurut mereka, kedua kelompok itu saling melanjutkan satu sama lain. Sesudah Kesatria Biara Yerusalem dilarang oleh Gereja, perkumpulan itu melanjutkan keberadaannya secara rahasia dan akhirnya berubah menjadi paham Mason.

Yang pasti tentang Freemasonry adalah perkumpulan ini bersifat amat rahasia, punya susunan organisasi, dengan anggota di seluruh pelosok dunia.

Uraian yang diberikan para ahli seperti Leo Taxil, yang pernah menjadi seorang Mason, namun telah keluar dari perkumpulan itu, mengatakan bahwa para Mason amat menghormati Baphomet dan melangsungkan upacara yang menyerupai tata-cara penyembahan setan.

Kenyataan lain yang menimbulkan kecurigaan adalah bahwa banyak pengikut Satanisme yang kemudian menjadi anggota organisasi Masonic.

Kini, para Satanis telah meninggalkan upacara dan markasnya yang rahasia itu, untuk keluar ke jalan-jalan. Para Satanis bergiat di setiap negara untuk menyebarkan ajarannya dengan gigih dalam buku-buku, terbitan berkala, dan terutama di Internet dalam usaha mereka menarik anggota.

Tak peduli di negara mana pun mereka berada, para Satanis menampilkan citra yang sama. Cara berpakaian, tata cara penyembahan, kesamaan surat yang mereka tinggalkan sebelum melakukan bunuh diri dan ciri lainnya menunjukkan bahwa Satanisme bukanlah gerakan biasa yang dipenuhi para penganggur, melainkan sebuah organisasi yang sengaja bersandar pada landasan pemikiran.

Satanisme dan Materialisme

Pada dasarnya aliran Satanisme dibagi menjadi dua macam, yaitu Teistik dan Atheistik. AliranTeistik atau biasa disebut juga Satanisme Tradisional adalah suatu bentuk kepercayaan yang menganggap bahwa Setan sebagai Dewa.

Sedangkan aliran Atheistik adalah suatu aliran kepercayaan yang tidak menganggap adanya Tuhan ataupun Dewa untuk disembah, melainkan mereka menggunakan “Setan” sebagai simbol pada diri manusia, sebagai simbol keduniawian dan keserakahan atau dengan kata lain mereka dapat dikatakan menyembah diri mereka sendiri.

Salah satu Aliran Satanisme Atheistik yang terkenal adalah Gereja Setan (the Church of Satan) yang didirikan oleh Anton Szandor LaVey (Anton LaVey), karena namanya aliran ini disebut dengan aliran LaVeyan.

Suatu ciri kaum Satanis masa kini adalah mereka semua atheis (tidak mengakui Tuhan). Mereka juga sekaligus kaum materialis, artinya mereka hanya percaya kepada keberadaan benda belaka.

Mereka mengingkari adanya Tuhan dan semua makhluk gaib. Oleh karena itu, kaum Satanis tidak percaya kepada setan sebagai makhluk yang nyata.

Meskipun disebut sebagai penyembah setan, mereka tidak mengakui adanya setan. Bagi kaum Satanis, setan hanyalah lambang yang menyatakan permusuhan mereka terhadap agama dan kekerasan hati mereka.

Dalam sebuah tulisan yang berjudul “Pengantar Setanisme” yang diterbitkan Gereja Setan, dinyatakan bahwa para Satanis sebenarnya adalah Atheis.

Satanisme adalah sebuah agama yang tak mengenal Tuhan dan menganut paham tidak ada yang perlu ditakuti selain akibat tindakan kita.

Kaum Satanis tidak percaya adanya Allah, malaikat, surga atau neraka, iblis, setan, ruh jahat, ruh baik, peri, atau makhluk gaib yang jahat. Satanisme bersifat Atheis, Otodeis: kami menyembah diri kami sendiri. Satanisme adalah materialis, Satanisme adalah lawan agama. (Vexen Crabtree, “A Description of Satanisme”)

Singkatnya, ini adalah hasil filsafat kebendaan dan tak mengenal Tuhan yang telah tersebar sejak abad ke-19. Seperti filsafat ini, Satanisme menyandarkan diri pada teori yang dianggap ilmiah: Teori Evolusi Darwin.

Musik dan Film Satanisme.

Satanisme muncul dalam banyak hal, salah satunya adalah film dan musik. Banyak film yang menceritakan dengan terbuka idiom satanisme serta kisah kuasa gelap (dark forces).

Film populer seperti : Friday The 13th, The Crow, Devils Advocate, Interview With The Vampire, bahkan serial ‘The X-Files’ mengandung alur cerita dimana setan, satanisme atau black magic menjadi bagian penting dari film.

Konon tahun 1968, Anton Szandor La Vey pernah menjadi penasehat teknis sekaligus pemeran film Rosemarys Baby, film Omen 1976 disebut telah memopulerkan satanisme.

Dalam musik ada banyak sekali contoh musik yang berisi satanisme, contoh :

1. Lagu dari Ozzy Osbourne “Anggur baik tapi Wiski lebih cepat, bunuh dirilah satu-satunya jalan keluar”

2. Lagu dari David Bowie (majalah Rolling Stone) mengatakan Rock akan selalu menjadi musik setan.

3. Lagu dari Stairway to Heaven jika di putar terbalik akan memunculkan syair pemujaan setan.

4. Lagu dari Metallica dalam The Prince melantunkan Bida dari bawah, Aku ingin menjual jiwaku. Setan ambil jiwaku.

5. Pink Floyd menulis lagu Lucifer Sam dengan lirik : Lucifer Sam selalu duduk di sisimu..selalu dekat denganmu.

6. Tahun 1992, Red Hot Chilli Peppers saat penerimaan anugreah MTV Awards berucap. Pertama-tama kami ingin berterima kasih pada Setan.

7. Marilyn Manson, salah satu umat GS pada majalah Spin edisi Agustus 1996. Saya berharap dikenang sebagai sosok yang mengakhiri sejarah Kekristenan, Manson tak ragu merobek Injil dan meneriakkan penghinaan terhadap Yesus Kristus.

APLIKASI LAPANGAN KERJA KONSELING

A.  KONSELING PERKAWINAN

Konseling perkawinan merupakan usaha untuk membantu suami istri dalam hubungan perkawinan mereka. Tujuannya adalah agar individu memperoleh penyesuaian yang baikk dalam kehidupan perkawinan. Terapi dalam bidang perkawinan merupakan suatu proses bantuan yang bersifat professional dan interdisipliner, di mana berbagai ahli seperti psikiater, psikologis, dokter, pekerja sosial, ahli hukum, dan sebagainya bekerja sama secara intensif untuk membantu pasangan individu untuk memperoleh penyesuaian yang sehat dalam kehidupan perkawinan. 
Perbedaan konseling perkawinan dengan tipe yang lain adalah dalam konseling perkawinan salah seorang atau kedua-duanya dari pasangan perkawinan mencari bantuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam kehidupan perkawinan. 
Konseling perkawinan tidak hanya diberikan kepada pasangan yang telah kawin, akan tetapi juga kepada pasangan-pasangan yang akan memasuki perkawianan. Tujuannya adalah membantu pasangan yang akan kawin untuk memperoleh pemahaman terhadap makna perkawinan. Dalam konseling pra perkawinan konselor dapat membantu klien dalam memecahkan masalah-masalah.
1.        Pemilihan pasangan secara tepat.
2.     Mengembangkan pandangan yang lebih matang terhadap cinta dan sikap seksual.
3.     Persiapan psikologis dalam memasuki kehidupan perkawinan.
Masalah pokok yang dijumpai dalam kehidupan perkawinan adalah:
1.     Masalah penyesuaian kepribadian dalam perkawinan.
2.     Masalah-masalah khusus yang timbul dalam hubungan perkawinan sendiri.

1.     Konseling Anak-Anak
Tujuan konseling bagi anak-anak tidak jauh berbeda dengan konseling bagi orang dewasa. Akan tetapi karena adanya sifat belum matang dan ketergantungan anak-anak, maka perlu adanya modiifikasi teknik yang dipergunakan, terutama dalam penggunaan komunikasi.
Terapi Permainan
Komunikasi verbal mengalami kesulitan dalam konseling pada anak-anak, maka permainan menjadi alat komunikasi yang efektif dalam terapi. Permainan dapat membantu anak untuk mengembangkan teknik-teknik yang lebih efektif dalam mengontrol lingkungan, dan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa.
Teknik-teknik Konseling
Keberhasilan dalam konseling pada anak-anak banyak di tentukan oleh kecakapan konselor dalam mengamati, memahami, dan menafsirkan tindakan anak-anak. Konselor dapat membantu mengatasi hambatan komunikasi dengan memusatkan perhatian kepada gerakan-gerakan ekspresif dari anak-anak dan dirinya sendiri. Respons verbal hendaknya mencerminkan sikap dan perasaan anak-anak dalam ungkapkan yang sederhana, santai dan alamiah. Dengan responnya yang sederhana dan tulus, ia membantu membangun pemahaman dan jembatan hubungan yang memungkinkan anak dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya.
2.     Konseling Orang Tua
Ada dua masalah utama yang ada pada orang tua dan berpengaruh pada anak-anak dan harus diperhatikan oleh konselor sebagai titik tolak proses konseling.
1)     Orang tua menghadapi kecemasan dan masalah-masalah pribadi lainnya yang tidak secara tegas dan langsung berhubungan dengan anak, tetapi tidak secara langsung dapat berpengaruh terhadap kehidupan anak. Dalam hal ini orangtua memrlukan konseling dan pemahaman terhadap pengaruh buruk tingkah lakunya pada anak-anak.
2)     Orang tua kurang memahami mengenai aspek-aspek perkembangan anak. Dalam hal ini orang tua perlu memperoleh pemahaman dan orientasi tentang perkembangan anak-anak.
3.     Konseling Remaja
Konselor dapat membantu remaja dalam mengatasi konflik dan membuat pilihan yang realistis. Untuk para remaja sudah dapat digunakan teknik konseling yang biasa untuk orang dewasa, dengan satu kepercayaan terhadap kemampuan remaja untuk memcahkan masalahnya sendiri apabila ia memahami dirinya sendiri dan masalahnya.
4.     Teknik-Teknik Disiplin
Teknik disiplin terbagi dalam dua kategori yaitu:
a)     Teknik desiplin yang ditandai sebagai suatu yang datang dari luar (eksternal) bertipe otoriter atau kontrol yang ketat
b)     Teknik disiplin yang datang dari dalam (internal), kemauan diri sendiri dan lebih positif. Sering juga disebut “self-dicipline” tindakan anak dibimbing oleh nilai-nilai yang telah tersirat dalam dirinya.

B.    KONSELING KARIR, PENDIDIKAN DAN REHABILITASI
1.     Konseling Karir
a.      Konsep Dasar
Secara historis pemilihan karir berasal dari bimbingan vokasional yaitu suatu proses membantu klien untuk memilih, mempersiapkan dan memperoleh keberhasilan dalam suatu pekerjaan tertentu. Proses ini dipusatkan dalam konseling dengan mempertimbangkan data klien dan kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang ada, untuk kemudian menemukan tujuan karir. Perubahan yang terjadi adalah perubahan pandangan dari bimbingan jabatan yang diorientasikan kepada beberapa kemungkinan pilihan memasuki jabatan, kepada bimbingan karir yang lebih menekankan kepada proses kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Konseling karir merupakan salah satu bentuk bimbingan karir pada dasarnya lebih menekankan aspek psikologis. Akan tetapi konseling karir mempunyai konteks yang lebih luas dari psikoligi konseling atau psikoterapi, karena konseling karir harus mencakup seluruh gaya hidup seorang individu dan dalam kaitan dengan lingkungan budaya dirinya.
b.     Teori-Teori Pemilihan Karir
Cara mengenai teori-teori pemilihan karir menurut psikoanalisa :
1)     Psokoanalisa, memandang bahwa asal mula minat seseorang sebagai suatu respon terhadap kebutuhan ego untuk memperoleh kepuasan, untuk dikenal dan kepuasan status. Konseling karir menurut pandangan ini adalah hendaknya dapat membantu indivudu mencapai perwujudan pribadi secara seimbang. Konselor membantu klien dalam menemukan pola-pola perilaku vikasional yang berperan sebagai suatu wujud mekanisme dinamika kepribadiannya.
2)     Roe (1956) telah merumuskan serangkaian hipitesis untuk memperhitungkan penentu-penentu minat dari awalnya. Roe mengklasifikasikan bidang pekerjaan yang berorientasi pada manusia
c.      Penilaian dan diagnosis
Untuk maksud-maksud yang bersifat didaktis proses konseling karir dibagi menjadi tiga unsur yaitu: 
1)     Penilaian dan diagnosa
2)     Metode informasi
3)     Teknik-teknik konseling
d.     Informasi Okupasional
Adapun macam informasi dunia kerja (okupasional yang diperlakukan adalah antara lain :
1)     Struktur okupasional (dunia kerja)
2)     Kecendurungan lapangan kerja baik tingkat nasional maupun regional
3)     Kualifikasi tenaga kerja
4)     Fungsi-fungsi tenaga kerja
5)     Persyaratan okupasional (lapangan kerja)
e.      metode-metode konseling untuk perencanaan karier
Metode-metode konseling dalam konseling karir merupakan penerapan metode konseling untuk membantu klien dalam membuat keputusan perencanaan karirnya. Metode konseling karir tidak hanya menekankan pada pemahaman diri klien dan proses aktualisasinya melalui perencanaan karir dalam rangka menjalani hidupnya.
2.     Konseling Pendidikan
Konseling pendidikan terdiri atas dua macam bantuan yang berbeda yaitu :
a.      Perencanaan pendidikan
Dalam perencanaan pendidikan meliputi bantuan kepada klien untuk memilih tujuan pendidikan yang tepat dan memilih tujuan pendidikan yang tepat dan memilih macam lembaga pendidikan yang paling tepat.
b.     Bantuan remedial
Dalam konseling pendidikan, konselor pendidikan akan paling banyak menghadapi masalah instruksional. Dalam hal ini konselor harus dapat mendiagnosa masalah remidiadi untuk menetapkan langkah-langkah diagnose untuk membuat referral kepada spesialis remedial. Jadi ketrampilan yang harus dimiliki konselor adalah dalam diagnose dan remidiasi (batuan remedial).
3.     Konseling Rehabilitasi
Konseling rehabilitasi diberikan kepada klien yang mengalami hambatan atau cacat.  Rehabilitasi merupakan suatu proses memulihkan klien yang mengalami hambatan untuk memperoleh kemanfaatan yang sepenuhnya dalam dirinya dan masyarakat.

C.    KONSELING DALAM MASALAH NILAI
1.     Psikologi Pastoral
Psikologi pastoral merupakan suatu spesialisasi psikologi untuk keperluan konseling pastoral yaitu sebagai salah satu bagian kegiatan gereja. Mereka yang memiliki keahlian dalam psikologi pastoral bertindak sebagai konselor terapeutik untuk membantu para jemaah dalam mengatasi masalah-masalah kepercayaan, moral, dosa dan krisis hidup.
2.     Masalah-Masalah Nilai Dihadapi Oleh Konselor
Melalui konseling klien mengintegrasikan penemuannya yang baru ke dalam system “self” dan inti pribadinya. Dalam konseling terjadi transformasi nilai-nilai ke dalam diri klien.
D.    KONSELING HUBUNGAN INSANI DALAM INDUSTRIAL DAN PEMERINTAH
1.     Konseling Hubungan Insani
Teknik-teknik hubungan sebagai mana diuraikan dalam terdahulu mempunyai arti yang penting bagi konselor,supervisor dalam masalah insani. Sopervisor atau pimpinan yang akan menggunakan konseling dalam dalam organisasi indistri atau perusahaan senantiasa berhadapan dengan dua masalah-masalah dasar,yaitu ketergantungan dan evaluasi.. masalah ketergantunga adalah adanya ketergantungan bawahan kepada atasan dalam menghadapi masalahnya. Dalam masalah evaluasi,supervisor atau pimpinan diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap hasil yng telah dicapai oleh bawhannya.
Kedua masalah tersebut dapat menimbulkan hambatan dalam proses interview konseling karena adanya ketergantungan dari pihak bawahan dan pimpinan harus melakukan evaluasi terhadap bawahannya.
2.     Interview Konseling Dan Latihan
Untuk mengatasi hambatan interview konseling karena adanya masalah ketergantungan dan evaluasi,maka teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan”interview konseling dan latihan”. Pendekatan latihan dan konseling dadisarkan kepada dua asumsi,yaitu (1) individu tidak dapat diubah dari luar,perubahan harus terarahkan oleh dirinya sendiri,(2) memberikan suasana yang mendorong para pegawai untuk menolong dirinyan sendiri,dengan cara yang lebih bebas dan kreatif.
Keberhasilan interview latihan dan konseling tergantung kepada perencanaan dan persiapan yang dilakukan oleh supervsior. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan persiapan untuk interview antara lain :
a.  Memilih tempat yang menyenangkan
b.  Memulai kontak secara baik
c.  Membuat kerangka interview 
d. Melaksanakan interview




DAFTAR PUSTAKA
http://animenekoi.blogspot.com/2011/06/aplikasi-konseling-dalam-berbagai.html. 05 Juni 2011.

Esai Tentang Penggunaan Media Tiga Dimensi dalam Proses Pembelajaran

TUGAS AKHIR
KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

 Esai Tentang Penggunaan Media Tiga Dimensi dalam Proses Pembelajaran


 
OLEH
MUHAMMAD ZAMRONI
1102411035
ROMBEL 1
TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Penggunaan Media Tiga Dimensi dalam Proses Pembelajaran

Latar belakang
                Belajar merupakan proses penambahan ilmu pengelaman yang terjadi antara siswa dan guru. Proses ini dapat berjalan dengan lancar atau akan mudah diterima siswa apabila proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru tetapi akan lebih mudah bila terdapat media yang membantu proses pembelajaran supaya pembelajaran mudah dicerna oleh siswa. Dengan media sangat membantu dalam proses mengajar, siswa lebih memahami materi yang disampaikan, sehingga besar kemungkinan dengan media pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien. Pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran kategori tiga dimensi adalah benda-benda asli, atau wujud kenyataan kondisi yang sebenarnya. Dari segi efektivitas pengajaran, penggunaan benda sebenarnya sebagai media pembelajaran dapat memberikan urunan yang cukup berarti, terutama dari pemerolehan pengalaman yang bersifat langsung dan kongkrit.
Definisi Media Tiga Dimensi
            Pembelajaran media tiga dimensi adalah  media yang berupa bentuk tiruan suatu benda, replica, miniatur, atau bahkan membawa berupa model sesungguhnya. Dengan membawa media kedalam kelas pembelajaran akan menciptakan suasana yang kondusif, agar pembelajaran dapat berlangsung aktif, kreatif dan efektif. Dalam kaitannya dengan usaha untuk menciptakan suasana yang kondusif, media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Sebab media pendidikan merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan. Adanya media pembelajaran bahkan dapat mempercepat proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien dalam suasana yang kondusif karena dapat membuat pemahaman peserta didik lebih cepat. Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pengajaran. Dengan tersedianya alat pengajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat dan proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif.
Menurut Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak, dan ide yang abstrak dapat di konkritkan dengan menggunakan media pendidikan dalam pembelajaran. Media pendidikan dapat dijadikan sebagai strategi yang efektif untuk mencapai tujuan belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Asalkan pemilihan dan penggunaan media pengajarannya tepat. Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Deni%20Hardianto,%20M.Pd./Media%20Pendidikan%20Sebagai%20Sarana%20Pembelajaran%20Efektif.pdf). Diakses tanggal 27 Desember 2011.

Tujuan dan Manfaat Media Tiga Dimensi dalam Pembelajaran
            Apa tujan penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran? Media pembelajaran jelas diperlukan. Sebab media pembelajaran ini memiliki peranan yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Kegunaan Media dalam proses belajar mengajar diantaranya;
1.                          Memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya kata lisan),
2.                          Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya ;
~ objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan, gambar, film bingkai, film,            atau model,
~ objek yang kecil dapat dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar,
~ kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, atau foto,
 ~ objek yang terlalu kompleks, dapat disajikan dengan model, diagram atau melalui program computer animasi,
3.                          Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk;
~ menimbulkan motivasi belajar,
~ memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan secara seperti senyatanya,
~ memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

4.                          Dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda diantara peserta didik, sementara kurikulum dan materi pelajaran di tentukan sama untuk semua peserta didik, hal ini dapat diatasi dengan media pembelajaran ;
~ memberikan perangsang yang sama
~ mempersamakan pengalaman
~ menimbulkan persepsi yang sama.

Prinsip-prinsip Penggunaan Media Tiga Dimensi
            Menurut Sadiman (1993), merekomendaiskan prinsip-prinsip penggunaan media tiga dimensi sebagai berikut;
1. Tidak ada satu media yang harus digunakan dengan meniadaka yang lain,
2. Sesuaikan kelebihan dan kekurangan media dengan karakteristik bidang studi tertentu,
3. Tidak ada satu mediapun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar,
4. Menggunakan media yang terlalu banyak secara sekaligus, dapat membingungkan dan merancu suasan pelajaran,
5. Senantiasa melakukan persiapan yang cukup,
6. Media harus merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, bukan sekedar hiasan,
7. Siswa harus dipersiapkan dan dilibatkan secara aktif,
8. Perlu diusahakan penampilan yang positif daripada yang negatif,
9. Media jangan digunakan sekedar sebagai selingan atau hiburan, pengisi waktu, kecuali memang tujuannya demikian,
10. Gunakan media yang dapat melatih perkembangan bahasa, baik lisan maupun tertulis.

Langkah-langkah Penyusunan Media Tiga Dimensi
1.      Sebelum kita membuat media yang akan kita gunakan, kita harus merumuskan ide atau gagasan yang akan kita buat,
2.      Merumuskan tujuan untuk apa media tersebut dibuat,
3.      Menentukan kerangka isi bahan pelajaran yang akan kita ajarkan melalui media tiga dimensi,
4.      Dalam pembuatan media tiga dimensi kita harusnya meengidentifikasi kebutuhan belajar dan karakteristik siswa yang kita ajar,
5.      Setelah beberapa hal tersebut telah dilaksanakan kemudian kita melaksanaan pembuatan/produksi,
6.      Untuk mempermudah pembuat media tersebut kita perlu membuat gambar rancangan produk yang akan kita buat,
7.      Sebelum kita memaparkan media tersebut ke dalam kelas hendaknya kita perlu melakukan penyuntingan dan richek.
Sumber : Ibrahim, H., m.sc. (2000) Media Pembelajaran. 

Kesimpulan
Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media tiga dimensi ini dapat memudahkan bagi guru / instruktur karena tidak diperlukan keahlian teknik tertentu untuk memperagakannya. Selain itu juga memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu verbalitas. Pembelajaran menggunakan  media tiga dimensi dalam proses belajar mengajar maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, sehingga besar kemunkinan dengan memperhatikan media pengajaran itu sehingga tujuan pemelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien. Variasi dalam pembelajaran dengan menjadikan lingkungan sebagai media belajar menyenangakan akan mendukung pelajaran yang tidak membosankan bahkan menjadikan belajar semakin efektif.




Daftar pustaka
~ Ibrahim, H., m.sc. (2000) Media Pembelajaran.