18 Februari, aku bangun dengan mengecek social media di hape. Berbagai kegembiraan terihat disana. Namun kemirisan, kejengkelan dan keputusasaan juga ikut mewarnai pagiku ini. Kemirisan, kejengkelan dan keputusasan terlihat dengan sebuah foto di bawah ini.
Yah, foto diatas adalah foto dimana segelntir oknum the jak mania (sebutan seporter tim persija) yang menerobos masuk gerbang SUGBK (Stadion Utama GeloraBung Karno).. SUGBK (Stadion Gelora Bnung Karno) yang telah drenovasi dengan harga Rp. 770 Milliar hancur diterobos oleh kawanan oknum the jakmania yang tak memiliki tiket namun memaksa untuk ingin tetap melhat timnya persija Jakarta menjadi champione piala presiden 2018.
Hal pertama saya senang melihat gelaran piala presiden yang sangat diantuiasi oleh kalangan masyarakat Indonesia bukan hanya kelas atas namun juga lebih didominasi oleh masyarakat kelas bawah. Bahkan, dikatakan juga piala presiden adalah gelaran turnamen paling transparan. Diaman di setiap pertandingan akan ada pembacaan pemasukan tiket di setiap pertandingan.
Hal kedua, saya miris, melihat foto tersebut ko yo tega ngancurin stadion kebanggan yang baru direnovasi dengan dana yang tidak sedikit 770 milliar. 770 milliar kalau hanya untuk dirusak begitu lebih baik dibuat dana alokasi pemerintah yang lain. Masih banyak sektor di Indonesia yang memang harus dibenahi. Dari segi pendidikan, kesejahteraan dan lain-lain 770 milliar loh mas???
Hal ketiga saya jengkel. Melihat supporter Indonesia masih rendah kualitas pemikirannya. Masih mentingin ego sendiri maupun kelompoknya sendiri. terbukti dengan masih adanya kasus pelemparan botol dan yang terbaru adalah ya ini pembobolan gerbang. Mas kalau njenengan, sampeyan pada masih mendukung klub tapi juga masih membenci klub lain, mendingan ga usah jadi supporter bola mas, berat nanti ngerugiin yang lain, biar aku ajah yang jadi supporter bola. Supporter itu medukung tapi ya tidak membenci yang lain.
Hal yang ke empat, saya putus asa. Ya saya merasa sepak bola Indonesia tidak akan pernah maju atau mungkin bisa sepadan dengan negara asean lain (Thailand, Vietnam, Malaysia) jika hal- hal yang merugikan team, fasilitas umum dan keegoisaan mereka masih belum dihilangkan. Saya sempat putus asa dengan adanya dualisme, saya sempat tidak mau dan tdak ingin lagi tahu tentang persepakbolaan Indonesia namun saya memiliki asa lagi ketika timnas Indonesia berhasil lolos ke final AFF 2016 . tapi melhat sekarang ini mungkin kah timnas juara?? Bila kualitas supporternya masih sama???
Loh,,,loh,, loh,, KO bisa juara ditentukan dari supporter??? Loh sepak bola itu kompleks, untuk juara itu tidak simple, dibutuhkan kerja sama antar bidang dalam mewujudkannya.
