Showing posts with label Makalah. Show all posts
Showing posts with label Makalah. Show all posts

Saturday, March 24, 2018

MAKALAH FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING


FUNGSI DAN PRINSIP
BIMBINGAN DAN KONSELING





KELOMPOK VI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah                       : Dasar-Dasar Bimbingan





Disusun oleh:



JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


A. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud. Kegunaan, manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi pelayanan yang dimaksud. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi itu dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok, yaitu :
1.   Fungsi Pemahaman
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri konseli atau siswa beserta permasalahanya dan juga lingkunganya oleh konseli itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya (pembimbing)

Prayitno (2004:197), pemahaman yang sangat perlu dihasilkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Pemahaman tentang klien.
Pemahaman tenatng klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Pemahaman tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahanya, serta kondisi lingkunganya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan kedalam berbagai data tentang :
(1)   Identitas individu
(2)   Pendidikan
(3)   Status perkawinan (bagi klien dewasa),
(4)   Status sosial-ekonomi dan pekerjaan,
(5)   Kemampuan kecerdasan, bakat. Minat dan hobi.
(6)   Kesehatan,
(7)   Kecenderungan sikap dan kebiasaan,
(8)   Cita-cita pendidikan dan pekerjaan,
(9)   Keadaan lingkunagn tempat tingla,
(10)  Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai,
(11)  Kegiatan social kemasyarakatan
Untuk individu-individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan tertentu perlu ditambahkan:
(1)   Jurusan/ program studi yang diikuti,
(2)   Mata pelajaran yang dia ambil
(3)   Kegiatan ekstrakurikuler
(4)   Sikap dan kebiasaan belajar
(5)   Hubungan dengan yeman sebaya

b.   Pemahaman tentang Masalah Klien
Apabila pelayanan bimbingan dan konseling memasuki upaya penanganan masalah klien, maka pemahaman tentang masalah klien merupakan sesuatu yang wajib adanya. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Heru Mugiharso (2004: 29) menjelaskan penahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitas, sangkut pautnya, sebab-sebabnya dan kemungkinan perkembangan masalah ini jika tidak segera diselesaikan.
Bagi para siswa yang perkembangan kehidupanya masih banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru pemahaman masalah juga diperlukan oleh orang tua dan guru siswa yang bersangkutan. Orang tua, guru dan konselor merupakan tiga serangkai  yang amat berkepentingan dengan kemajuan anak-anak secara optimal. Ketiganya memerlukan  pemahaman yang mendalam terhadap para siswa.
c.    Pemahaman tentang lingkungan yang ”lebih luas”.
Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang seacara langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan tempat tinggal, keadaan sosio-ekonomi dan sosio-emosional keluarga, keadaan hubungan antar tetangga dan teman sebaya.Para siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah meliputi hak dan tanggung jawab terhadap sekolah, lingkungan fisik, tata tertib yang harus dipatuhi oleh siswa, aturan-aturan yang menyangkut kurikulum, pengajaran, penialaian, kriteria dikelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa.
Para siswa juga perlu diberi kesempatan untuk memahami berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan sangkutpaut pendidikan yang sedang dijalaninya sekarang dengan pendidikan lanjutannya, dan dengan kemungkinan pekerjaan yang dapat dikembangkannya kelak. Bahan-bahan tersebut tersebut sering disebut informasi pendidikan dan informasi jabatan/pekerjaan.

2.   Fungsi Pencegahan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembanganya. Berdasarkan fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan kepada setiap siswa sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Fungsi ini  dapat diwujudkan oleh konselor dengan merumuskan program bimbingan yang otomatis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa seperti kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial dan lain sebagainya dapat dihindari.
a.    Pengertian pencegahan
Horner dan McElhaney dalam Prayitno (2004: 203), mendefinisikan pencegahan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang posistif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi.
b.   Upaya pencegahan
Arah upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor adalah:
(1)   Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.
(2)   Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
(3)   Meningkatkan kemampuan individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
(4)   Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

Secara operasional konselor perlu perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi pencegahan. Secara garis besar, program-progam tersebut dikembangkan, disusun dan diselenggarakan melalui tahap-tahap sbb:
(1)   Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
(2)   Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber pengyebab timbulnya masalah-masalah.
(3)   Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut.
(4)   Menyusun rencana program pencegahan.
(5)   Pelaksanaan dan monitoring.
(6)   Evaluasi dan laporan.
(Prayitno, 2004; 208).
3.   Fungsi pengentasan
Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak dapat memecahkanya sendiri lalu ia pergi ke konselor, maka yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling, pada hakekatnya merupakan upaya pengentasan.
a.        Langkah-langkah Pengentasan Masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beraneka ragam. 

b.   Pengentasan Masalah Berdasarkan Diagnosis
Model diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman terhadap seluk-beluk masalah klien, termasuk didalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Sebagai rambu-rambu yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, tiga dimensi diagnosis yaitu:
1)      Diagnosis mental/psikologis
2)      Diagnosis sosio-emosional
3)      Diagnosis instrumental
c.    Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Teori konseling dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu, perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling. Tujuan teori-teori tersebut untuk mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat dan tepat. Untuk itu konselor dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktik bimbingan dan konseling.
4.   Fungsi Pemeliharaan Pengembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling  membantu siwa agar berkembang sesuai potensinya masing-masing. Selain itu dalam fungsi ini hal yang sudah baik (positif) dijaga agar tetap baik, dimantapkan dan dikembangkan.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada padadiri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Fungsi pemeliharaan disini bukan sekedar mempertahankan agar hal-hal yang ada pada diri individu tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut lebih baik dan berkembang.

Implementasi fungsi ini dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan progran. Misalnya kegiatan belajar disekolah dijaga kelangsunganya dan dikembangkan sebagai salah satu arah kegiatan belajar siswa.

B.  Prinsip BK
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan ssuatu yang dimaksudkan. Prinsip yang akan dibahas dapat ditinjau dari prinsip-prinsip secara umum, dan prinsip-prinsip secara khusus. Prinsip-prinsip secara khusus adalah prinsip-prinsip bimbingan yang berkenaan dengan prasarana layanan,, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan, dan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan.
1.   Prinsip-prinsip umum
Tohirin (2007:70-71) menjelaskan sbb:
a.     Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
b.   Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
c.    Pemberiam bantuan disesuaikan dengan individu (siswa) yang dibimbing.
d.   Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e.    Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
f.    Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g.   Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
h.   Implementasi program bimbingan ndan konseling harus dipimpin oleh orang yang memliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling.

2.   Prinsip-prinsip khusus
Heru Mugiharso dkk (2004: 34), memberikan penjelasan sbb:
a.     Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
1).    Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
2).    Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
3).    Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
4).    Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
1).    Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut kondisi mental/fisik individu individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam kaitanya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadapn kondisi mental dan fisik individu.
2).    Kesenjangan sasial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
c.     Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
1).    Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan programpendidikian serta pengembangan peserta didik.
2).    Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3).    Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tinggi.
4).    Terhdp isi dn pelaksanaan program bmbingan dan konseling perlu adanay penilaian yang teratur dsan terarah.
d.   Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
1).    Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
2).    Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3).    Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4).    Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional, oleh karena itu dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling
5).    Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
6).    Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan
7).    Program pengukuran dan penilaian terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.
8).    Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya.
9).    Tanggung kawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan staf dan personal, lembaga di tempat ia bertugas, dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.
10).   Penilaian periodic perlu dilakukan terhadap rogram yang sedang berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Mugiharso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. UPT MKK: UNNES Press.
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi).Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Thursday, March 22, 2018

Makalah Tentang Pengaruh Merokok terhadap Prestasi Belajar Siswa


Makalah Tentang
Pengaruh Merokok terhadap Prestasi Belajar Siswa
 





Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah :

Dosen Pengampu :
Dra. Sinta Saraswati, M,Pd .Kons

BRAMUDIAN
1706431023
Rombel 4

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkatkan kehadirat Allah S.W.T berkat rahmatnya saya di beri kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Tanpa rahmat Allah mungkin saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh merokok terhadap prestasi belajar siswa sekolah terhadap mutu pendidikan yang disajikan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah S.W.T akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Pengaruh Merokok terhadap Prestasi Belajar Siswa” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.



Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dari sisi industri, tembakau adalah devisa, aset, mata pencaharian, dan sumber pendapatan, serta keuntungan negara Indonesia. Untuk alasan itu perusahaan tembakau tetap eksis dan berkembang hingga saat ini dan di buat iklan rokok yang menarik dan membuat rasa penasaran orang untuk mencoba menikmatinya. Hingga pada akhirnya orang tersebut ketagihan dan menjadi konsumen setia industri rokok.

Dengan berbagai iklan industri rokok berusaha membujuk calon konsumennya tanpa pandang bulu untuk menjadi perokok. Padahal di belakang bungkus rokok terdapat slogan merokok dapat mengakibatkan, gangguan kehamilan, kanker, serangan jantung dan lain-lain. Setiap orang yang merokok di buat tidak peduli dengan slogan yang tertulis dengan rasa candu di dalam putung rokok itu. Tentu salah satu yang menjadi sasaran iklan adalah pelajar. Terbukti banyak pelajar yang menjadi konsumen rokok.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap Pelajar Indonesia.

B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG)
Sesuai dengan judul makalah ini “Pengaruh Merokok terhadap Prestasi Belajar Siswa”, terkait dengan program dan aturan di setiap sekolah terhadap siswa larangan merokok.
Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana peran guru dalam proses perilaku siswa di dalam pergaulan di sekolah ? perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah
2. Bagaimana cara agar siswa tidak terjerumus pergaulan yang menyebabkan siswa tersebut merokok  ?

C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat di ambil suatu permasalahan yang di hadapi yakni seberapa pentingnya guru dalam memberi bimbingan agar siswanya tidak terjerumus pergaulan bebas hingga kecanduan merokok.


D. Tujuan Penulisan
1. Membuat peraturan larangan merokok pada usia sekolah.
2. Membangkitkan kesadaran anak remaja tentang bahaya merokok.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Menyelamatkan Masa Depan Pelajar
Banyak orang sepakat kalau pelajar sebaiknya jangan merokok, baik karena alasan ekonomi ataupun oleh alasan kesehatan  yang akan mempengaruhi prestasi belajarnya dan masa depannya. Tetapi kenyataannya tidak demikian, Kita menemukan pelajar merokok dimana-mana bahkan di lingkungan sekolah. Kenyataan tersebut hal yang harus dipikirkan secara serius karena akan membawa dampak yang kurang baik terhadap masa depan bangsa.

Sejauh ini, belum ada peraturan dan kebijakan untuk menjaga  pelajar dari bahaya rokok. Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat para orang tua  memberikan contoh yang kurang baik kepada pelajar tentang kebiasaan merokok. Di sekolah sebagai pusat kegiatan belajar formal siswa sekolah, masih terdapat Guru  Sekolah yang merokok di sekolah, atau merokok sambil mengajar.

Untuk menyelamatkan masa depan pelajar dari bahaya merokok dan narkoba, tidak perlu menutup pabrik rokok sebagai sumber mata pencaharian. Para perokok di harapkan untuk menghargai pelajar dan menghargai orang yang tidak  merokok. Secara nalar bangsa kita membenarkan bahwa meniup asap rokok di depan orang yang tidak merokok adalah perbuatan tidak terpuji.

Sekolah merupakan bagian dari lembaga pendidikan formal sebagai tempat untuk mendidik anak bangsa agar tidak merokok.


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan  pembahasan “Peranan Sekolah untuk menyelamatkan masa depan pelajar” dapat disimpulkan bahwa :
  1. Peranan sekolah sangat menunjang peserta didik untuk hidup sehat dan berprestasi.

  1. Terutama guru sangat berperan penting untuk membimbing peserta didik agar dapat berpikir positif dan tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat menyebabkan siswa merokok.

  1. Pengelolaan kantin harus baik sekolah perlu bekerjasama dengan penjual kantin agar tidak menjual rokok di sekolah.


B. SARAN
Bertolak dari peranan perpustakaan yang begitu banyak sumbangsihnya dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah, penyusun memberikan saran sebagai berikut:
  1. Sebaiknya setiap guru perlu mengadakn operasi setiap seminggu sekali untuk mencegah siswa yang membawa rokok ke sekolah.
  2. Petugas sekolah seperti satpam atau guru bk harus memberi arahan agar siswa tersebut tidak merokok.
  3. Penjual di kantin tidak menyediakan rokok di dalam kantin.
DAFTAR PUSTAKA

http://jeniuspemalas.blogspot.com/2009/06/bahaya-merokok-untuk-pelajar.html