Judul : Jejak Langkah
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan : 9, 2012
Tebal : X + 724 Halaman
Genre : fiksi roman
ISBN : 979-97312-5-9
Penulis :
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Hampir separuh hidupnya dihabiskan di dalam penjara, namun tak membuatnya berhenti sejengkal pun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional dan dia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar.
Semasa hidup Pram telah melahirkan 50 karya lebih dan telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing. Pram juga mendapat beragai penghargaan dalam dunmia sastra dan kebudayaan, dan juga masuk dalam kandidat pemenang penghargaan Nobel Sastra.
Sinopsis :
Novel "Jejak Langkah" adalah bagian dari tetralogy buruh yang ketiga setelah "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa" yang ditulis oleh Pram semasa berada di pulau Buru, tidak hanya ditulis, buku ini sebelumnya juga telah diceritakan secara lisan kepada teman-teman di pulau Buru.
Dalam novel ini bernuansa zaman kolonial. Pada setiap peristiwa yang ditulis sangat rapi dengan detail gambaran tempat, waktu dan suasana yang membuat kita merasa seakan berada pada masa kolonial.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana awal berdirinya organisasi pribumi di Nusantara. Dan dikemas dalam sebuah sejarah roman yang membuat kita memahami sejarah bukan hanya sebagai pelajaran yang dihafal. Tetapi juga membuat kita seakan larut dalam suasana sejarah itu.
Isi novel :
Ini novel ini adalah sebuah sejarah yang dikemas dengan cerita fiksi
Pada awal buku ini menceritakan kebangkitan bengsa-bangsa lain yang ada di Nusantara yang menjadika pribumi semakin tersingkirkan. Hal ini belum juga memunculkan kesadaran pada diri kaum pribumi yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Pada pertengahan, novel ini menceritakan sebuah kesadaran dari beberapa pelajar pribumi yang sudah mulai berfikir secara luas karena sudah mendapat pendidikan modern. Juga adanya wanita bernama RA Kartini yang berjuang untuk memperjuangkan pendidikan walau kerkekang sebuah adat yang mengikat.
Pada akhir dari novel ini, perjuangan kaum terpelajar pribumi mulai berhasil mendirikan organisasi modern dan berhasil berkembang pesat, sampai menemui berbagai halangan dan perjuangan dalam melawan halangan itu.
Kelebihan :
Novel "Jejak Langkah" mengenalkan sejarah beserta suasana yang bisa dirasakan saat membacanyaMengenalkan sebuah sejarah yang tidak dibahas dalam pelajaran yang dikemas sebagai novel sejarah romanPenggunaan bahasa asing selalu dilengkapi penjelasan detail berupafootnote
Kekurangan :
Penjelasan latar sangat panjang kadang juga melebarUntuk dapat memahami dan mengikuti alur dan suasana yang digamarkan perlu mencapai halaman yang jauh (penulis sendiri butuh sampai halaman 100-200)Memerlukan pemaharuan bahasa karena sudah ditulis lama
Saran :
Novel "Jejak Langkah" ini sangat berguna untuk menambah wawasan sejarah anda, namun juga anda harus menyelesaikan dua buku sebelumnya dan satu buku setelahnya, anda bisa melihat gambaran suasana masa kolonial yang sesungguhnya dikemas dalam fiksi roman.
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan : 9, 2012
Tebal : X + 724 Halaman
Genre : fiksi roman
ISBN : 979-97312-5-9
Penulis :
Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Hampir separuh hidupnya dihabiskan di dalam penjara, namun tak membuatnya berhenti sejengkal pun menulis. Baginya, menulis adalah tugas pribadi dan nasional dan dia konsekuen terhadap semua akibat yang ia peroleh. Berkali-kali karyanya dilarang dan dibakar.
Semasa hidup Pram telah melahirkan 50 karya lebih dan telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing. Pram juga mendapat beragai penghargaan dalam dunmia sastra dan kebudayaan, dan juga masuk dalam kandidat pemenang penghargaan Nobel Sastra.
Sinopsis :
Novel "Jejak Langkah" adalah bagian dari tetralogy buruh yang ketiga setelah "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa" yang ditulis oleh Pram semasa berada di pulau Buru, tidak hanya ditulis, buku ini sebelumnya juga telah diceritakan secara lisan kepada teman-teman di pulau Buru.
Dalam novel ini bernuansa zaman kolonial. Pada setiap peristiwa yang ditulis sangat rapi dengan detail gambaran tempat, waktu dan suasana yang membuat kita merasa seakan berada pada masa kolonial.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana awal berdirinya organisasi pribumi di Nusantara. Dan dikemas dalam sebuah sejarah roman yang membuat kita memahami sejarah bukan hanya sebagai pelajaran yang dihafal. Tetapi juga membuat kita seakan larut dalam suasana sejarah itu.
Isi novel :
Ini novel ini adalah sebuah sejarah yang dikemas dengan cerita fiksi
Pada awal buku ini menceritakan kebangkitan bengsa-bangsa lain yang ada di Nusantara yang menjadika pribumi semakin tersingkirkan. Hal ini belum juga memunculkan kesadaran pada diri kaum pribumi yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Pada pertengahan, novel ini menceritakan sebuah kesadaran dari beberapa pelajar pribumi yang sudah mulai berfikir secara luas karena sudah mendapat pendidikan modern. Juga adanya wanita bernama RA Kartini yang berjuang untuk memperjuangkan pendidikan walau kerkekang sebuah adat yang mengikat.
Pada akhir dari novel ini, perjuangan kaum terpelajar pribumi mulai berhasil mendirikan organisasi modern dan berhasil berkembang pesat, sampai menemui berbagai halangan dan perjuangan dalam melawan halangan itu.
Kelebihan :
Novel "Jejak Langkah" mengenalkan sejarah beserta suasana yang bisa dirasakan saat membacanyaMengenalkan sebuah sejarah yang tidak dibahas dalam pelajaran yang dikemas sebagai novel sejarah romanPenggunaan bahasa asing selalu dilengkapi penjelasan detail berupafootnote
Kekurangan :
Penjelasan latar sangat panjang kadang juga melebarUntuk dapat memahami dan mengikuti alur dan suasana yang digamarkan perlu mencapai halaman yang jauh (penulis sendiri butuh sampai halaman 100-200)Memerlukan pemaharuan bahasa karena sudah ditulis lama
Saran :
Novel "Jejak Langkah" ini sangat berguna untuk menambah wawasan sejarah anda, namun juga anda harus menyelesaikan dua buku sebelumnya dan satu buku setelahnya, anda bisa melihat gambaran suasana masa kolonial yang sesungguhnya dikemas dalam fiksi roman.