Judul : Batu
Menangis
Pengarang : Joko Dwinanto
Penerbit : Balai
Pustaka, 1997
Di sebuah desa terpencil di daerah Kalimantan Barat,
hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita. Mereka
hanya hidup berdua, karena suaminya sudah meninggal dan sang janda harus
bekerja sebagai buruh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tetapi sayangnya, putri semata wayangnya adalah anak yang
manja. Ia tidak pernah mau membantu ibunya. Kerjanya hanya berdandan dan
berjalan-jalan di desa memamerkan kecantikannya.
Pada suatu hari, sang anak meminta ibunya untuk membelikan
kosmetiknya. Sang ibu tidak mengerti kosmestik apa yang dimkasud anaknya dan
mengajak anaknya untuk ikut ke pasar. Sang anak tidak mau pergi ke pasar
bersama ibunya, tetapi ibunya bersikeras tidak mengetahui kosmestik apa yang
diminta. Akhirnya sang anak pun mau ikut ke pasar, tetapi dengan syarat, sang
ibu harus berjalan di belakangnya karena ia malu berjalan dengan ibunya.
Di pasar, teman-temannya bertanya, siapakah perempuan yang
ada di belakangnya. Sang anak menjawab bahwa ia adalah pembantunya. Sang ibu
merasa sedih. Dan ketika bertemu dengan temannya, sang anak berkata dengan
jawaban yang sama. Ibunya tidak tahan lagi dan berhenti di jalan. Kemudian sang
ibu berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberi hukuman yang setimpal.
Petir menggelegar dan tiba-tiba turun hujan deras.
Pelan-pelan kaki sang anak berubah menjadi batu. Sambil menangis, sang anak
memohon kepada ibunya untuk mengampuninya. Tetapi hukuman telah diberikan.
Seluruh tubuh sang anak berubah menjadi patung dengan air mata masih menetes di
wajahnya. Oleh warga, patung tersebut ditempatkan di sebuah tebing dan disebut
dengan Batu Menangis.
Amanat : kita tidak boleh durhaka kepada orang tua kita.
KARYA
Nama : Irzi Ariyanto
Kelas : X IPS 4